top of page

PENGARUH BUDAYA K-WAVE (K-POP) TERHADAP MINAT PEMBELIAN MERCHANDISE DI YOGYAKARTA (UAS)

TRMCompany

Ayu Suci N/ 181006561


Pendahuluan

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi berdampak pada mulai masuknya budaya asing kedalam kebudayaan lokal di Indonesia. Salah satunya adalah budaya K-Wave (K-Pop), yang saat ini mulai banyak diminati. Bahkan untuk melengkapi kecintaan mereka pada K-Pop, mereka membeli berbagai merchandise album grup band favorit. Hal ini dilihat oleh e-commerce di indonesia sebagai peluang pasar yang menjanjikan dengan antusiasme masyarakat dalam membeli merchandise. Hal ini bukan hanya berpengaruh terhadap perekonomian namun dengan kebudayaan yang ada. Juga sulit untuk memastikan bahwa konsumen ketika melakukan proses pengkonsumsian produk, juga selalu disertai dengan pertimbangan budaya, atau karena alasan-alasan lain yang lebih teknis. Namun dengan mencoba memaparkan beberapa gambaran dan kejadian yang terjadi dan mencoba mengkombinasikan antara teori dan realitas yang terjadi dalam pengamatan penulis, dicoba dipaparkan peranan budaya dalam pemasaran merchandise. Maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh budaya k-pop terhadap minat pembelian merchandise oleh konsumen di Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan variable budaya K-Wave dan variable minat beli. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data ini menggunakan penyebaran kuesioner kepada 102 responden, dengan metode purpose sampling.



Berdasar laporan The Korean Times, dari total 73,12 juta penggemar K-Pop di seluruh dunia, Indonesia masuk penggemar terbanyak ketiga di dunia. Keuntungan yang diperoleh tentu sangat besar dilihat dari antusiasme fans K-Pop yang mengeluarkandan Rp100.000 sampai Rp 500.000 per bulan hanya untuk belanja merchandise artis favorit dan membeli tiket konser. Hampir semua jenis produk merchandise yang dipasarkan didatangkan langsung dari Korsel melalui manajemen artis-seperti CD album, poster, kartu foto, kartu pos, lighting stick, tas, gantungan tas, dan lainnya-juga menjadi buruan.


Analisis Data

Penelitian ini termasuk jenis penelitian bivariat atau satu variable dimana Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan analisis statistik dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solutions atau sering disebut SPSS. Dengan menggunakan teknik Scoring pada masing pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan rumus seperti berikut.


Korelasi

Istilah korelasi dikenal sebagai nilai hubungan antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak dalam suatu penelitian. Nilai koefisien korelasi bergerak dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0 (Bungin, pp. 184). Kalau dideskripsikan, nilai koefisien korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada tabel berikut:


Pembahasan

Analisis Deskriptif Responden


1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian terhadap 102 responden, dapat di deskripsikan jenis kelamin responden adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di samping, dapat dilihat bahwa mayoritas responden penelitian adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 78 orang (76,5%). Sementara responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 orang (23,5%).



Sumber: Data Primer Diolah,2020


2) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitian 102 responden, dapat dideskripsikan usia responden dalam tabel berikut:









Sumber: Data Primer Diolah,2020


Berdasarkan tabel dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan usia. Responden berusia 15-18 tahun sebanyak 29 orang (28,4%). Responden berusia 19-22 tahun sebanyak 61 orang (59,8%). Responden berusia 23-26 tahun sebanyak 6 orang (5,9%). Responden berusia >27 tahun sebanyak 6 orang (5,9%).


3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari 102 responden, dapat dideskripsikan pekerjaan responden dalam tabel berikut:













Sumber: Data Primer Diolah,2020


Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 79 orang (77,5%). Responden sebagai karyawan sebanyak 11 orang (10,8%). Responden sebagai PNS sebanyak 3 orang (2,9%). Responden sebagai Wiraswasta sebanyak 4 orang (3,9%). Dan responden yang bekerja dalam kategori lain-lain sebanyak 5 orang (4,9%).


4) Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Berdasarkan penelitian terhadap 102 responden dapat dideskripsikan penghasilan responden dalam sebulan sebagai berikut:

Sumber: Data Primer Diolah,2020

Data diatas menunjukkan responden paling banyak dengan penghasilan < Rp 500.000 dengan 43 responden (42.2%). Responden dengan pendapatan RP 500.000-Rp 1.000.000 sebanyak 8 orang (7,8%). Responden dengan pendapatan Rp 1.000.000- Rp. 1.500.000 sebanyak 7 responden (6,9%). Serta responden dengan pendapatan >Rp 2.000.000 sebanyak 17 responden (16.7%).


Sumber: Data Primer Diolah,2020

Dari tabel dapat diketahui bahwa item pertanyaan pada variabel budaya yang K-Pop paling rendah adalah “Menyaksikan konser musik korea yang diadakan di Indonesia” dengan rata-rata skor 3,30 dan menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap konser musik korea yang diadakan di Indonesia cukup menarik bagi mereka. Sedangkan item skor pertanyaan yang paling tinggi adalah “Saat ini sering kita jumpai penayangan budaya korean wave pada televisi, media sosial (Ig, Fb, Line, dst)” dengan skor rata-rata 4,06 sehingga menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap penayangan budaya korea sangat baik dalam berbagai bentuk melalui media sosial.


Sumber: Data Primer Diolah,2020

Dari tabel dapat diketahui bahwa item pertanyaan pada variabel minat beli yang memiliki skor paling rendah adalah “Ketika ada album yang baru rilis anda berusaha membeli Merchandise berkaitan album tersebut” dengan skor 3,25 sehingga menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap minat beli merchandise saat album baru rilis cukup baik. Sedangkan item yang memiliki skor paling rendah adalah “Promosi produk Merchandise lewat media sosial (instagram, fb, twitter, youtube dst)” dengan skor 3,78. Hal ini menunjukkan antusiasme responden ketika melihat iklan yang ada di beberapa media sosial baik.

Sumber: Data Primer Diolah,2020

Berdasarkan tabel data diatas menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara variable kebudayaan K-Pop (X) dengan variable minat beli adalah 0, 903. Sehingga terdapat hubungan yang sangat kuat antara kebudayaan K-Pop dengan minat beli merchandise. Variabel ini berkorelasi positif sehingga bisa dikatakan semakin tinggi budaya maka semakin tinggi tingkat konsumtif.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Budaya Wave (K-pop) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa apabila budaya K-pop makin mengalami peningkatan maka perilaku konsumen dalam membeli juga akan mengalami peningkatan.


Rekomendasi

Dari hasil dari penelitian ini, maka saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya K-pop mempengaruhi perilaku konsumen, hendaknya para pengembang usaha e commerce dibidang penyedia merchandise betul-betul memperhatikan hal tersebut supaya dalam penjualan merchandise bisa sesuai dengan target yang diinginkan. Dengan melihat kebudayaan k-pop perusahaan menjaga citra/ atau pandangan yang baik terhadap perusahaan dengan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen dan menjaga mutu produk dengan kualitas yang baik pula.


2. Selain hal tersebut pengembang usaha sebaiknya memperhatikan promosi, harga, kualitas, serta target pasar agar lebih mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli sehingga dapat meningkatkan penjualan.

Referensi

21 views0 comments

コメント


bottom of page